Selasa, 02 Oktober 2012

DISJARAHAD


DISJARAHAD
Sejarah Militer Angkatan Darat secara organisasi dimulai sejak diserahkannya Centeraal Militair Bibliotheek (CMB) dari Krijgsgeshiedkundige Dients van de General Staff KNIL kepada APRI. Dengan penyerahan tersebut, maka dibentuklah Pusat Perpustakaan Angkatan Darat (PPAD) melalui surat Keputusan KSAD Nomor 180/KSAD/Pusat/50 tanggal 13 September 1950. sejalan dengan perkembangan kebutuhan organisasi Angkatan Darat maka dibentuklah Dinas Sejarah Perang berdasarkan Surat Perintah KSAD Nomor 203/KSAD/1953 tanggal 15 April 1953 Pusat Perpustakaan Angkatan Darat dilebur dalam Dinas Sejarah perang Angkatan Darat (DSPAD).
Perkembangan Organisasi Disjarahad
1.      Tahun 1954. Perubahan nama dari DSPAD menjadi Sejarah Militer Angkatan Darat (SMAD) diresmikan melalui Surat Keputusan KSAD Nomor 131/KSAD/Kpts/54 tanggal 5 Mei 1954.
2.      Tahun 1958. Perubahan nama dari Sejarah Militer Angkatan Darat Menjadi Pusat Sejarah Militer Angkatan Darat (Pussemad) diresmikan melalui penetapan KSAD Nomor 10 50 tanggal 5 Juli 1958
3.      Tahun 1970. Perubahan nama dari Pussemad menjadi Dinas Sejarah Angkatan Darat melalui Keputusan Kasad Nomor Kep /600/10/1970 tanggal 24 Oktober 1970.
4.      Tahun 1985. Dinas Sejarah Angkatan Darat (Disjarahad) dilikuidasi ke dalam Dinas Pembinaan Mental TNI AD berdasarkan Surat Keputusan Kasad Nomor Skep/975/IX/1985 tanggal 18-9-1985. Disjarahad dalam organisasi Disbintalad menjadi Subdis Bina Trajuang Lisjarah dan Subdis Bina Dokjarah Mustak.
5.      Tahun 2003. Fungsi Sejarah yang ada di Disbintalad sesuai keputusan Kasad Nomor Kep /6/2003 tanggal 27 Pebruari 2003 tentang Orgas Disbintalad.
6.      Diemban oleh tiga Subdis yaitu Sub Dinas Pembinaan Penulisan Sejarah (Subdisbinlisjarah), Sub Dinas Pembinaan Dokumentasi dan Museum (Subdisbindokmus) dan Sub Dinas Pembinaan Tradisi dan kejuangan (Subdisbintrajuang).
7.      Tahun 2005 sampai dengan sekarang. Fungsi Sejarah yang ada di Disbintalad sesuai Keputusan Kasad Nomor Kep/13/2005 tanggal 18 Pebruari 2005 tentang Orgas Disbintalad, diemban oleh dua Subdis yaitu Sub dinas Pembinaan Dokumentasi, Penulisan Sejarah dan Perpustakaan (Subdisbin Doklistaka) dan Sub Dinas Pembinaan Museum, Monumen dan Tradisi (Subdisbin Musmontra).
8.      Tahun 2008. Selama kurang lebih 23 tahun fungsi kesejarahan, museum dan perpustakaan dilingkungan Disbintalad. Seiring dengan perkembangan tantangan dan tuntutan Angkatan Darat dan perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang keSejarahan serta pentingnya pewarisan nilai-nilai kepahlawanan maka pimpinan pucuk Angkatan Darat menilai perlu dibentuk kembali Dinas Sejarah. Kehadiran Dinas Sejarah dianggap perlu guna mendukung pelaksanaan tugas pokok Angkatan Darat. Atas dasar itulah kemudian pucuk pimpinan TNI menyetujui pembentukan Organisasi Disjarahad dengan mengeluarkan Peraturan Panglima TNI Nomor Perpang/17/IV/2008 tanggal 7 April 2008. Untuk menindak lanjuti kebijakan Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso, maka Kasad Jenderal TNI Agustadi Sasongko Purnomo mengeluarkan Peraturan Kasad Nomor Perkasad /31N/2008 tanggal 28 Mei 2008 tentang Pembentukan Organisasi Disjarahad dengan mengeluarkan Peraturan Panglima TNI Nomor Perpang/17/IV/2008 tanggal 7 April 2008. Untuk menindak lanjuti kebijakan Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso, maka Kasad Jenderal TNI Agustadi Sasongko Purnomo mengeluarkan Peraturan Kasad Nomor Perkasad 31/V/2008 tanggal 28 Mei 2008 tentang Pembentukan Dinas Sejarah Angkatan Darat.

Visi
Menjadi lembaga yang mampu menyusun, memelihara dan menyosialisasikan kesejarahan TNI AD serta semangat juang dan tradisi di lingkungan TNI AD

Misi

·         Melaksanakan pembinaan, pengumpulan, pemeliharaan dan pengolahan data dan dokumen sejarah
·         Meningkatkan kemampuan dan semangat personel sejarahwan untuk menguasai wahana kesejarahan
·         Memberikan pembekalan metodologi penulisan sejarah sehingga memiliki keunggulan dalam tulisan.
·         Membangkitkan semangat kinerja secara profesional dalam membentuk militansi prajurit TNI AD.
·         Meningkatkan kualitas Museum dan monumen TNI AD untuk melestarikan benda-benda bersejarah, bermanfaat bagi pengkajian dan penelitian kesejarahan dan sekaligus sebagai tempat wisata sejarah.
·         Meningkatkan pengelolaan perpustakaan Pusat Angkatan Darat dengan kelengkapannya sehingga berguna bagi pengembangan ilmu dan wawasan pengetahuan.
·         Memberi asistensi teknis bidang kesejarahan kepada satuan-satuan jajaranTNI AD .
·         Menyosialisasikan dokumen sejarah, museum dan monumen, perpustakaan, tulisan sejarah, dan pelestarian nilai-nilai tradisi kejuangan kepada prajurit TNI AD
·         Membina, memelihara tradisi dan melestarikan nilai-nilai kejuangan yang berlandaskan Pancasila, UUD'45, Sapta Marga, dan Sumpah Prajurit.
·         Menjadikan lingkungan yang bersih, rapi, indah, sehat dan tertib (BRIST) guna tercipta suasana yang kondusif.

Selasa, 14 Februari 2012

Reksopustaka

PERPUSTAKAAN REKSO PUSTAKA

A. Sejarah Rekso Pustaka

Perpustakaan Rekso Pustaka didirikan oleh Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara IV, tepatnya pada 11 Agustus 1857. Sekarang usianya telah mencapai 154 tahun. Jika mengacu pada nama Rekso Pustoko yang berasal dari kata reksa (merawat ) dan pustaka (buku), bisa dimengerti kalau semula tempat itu memang didirikan untuk mengurusi buku-buku koleksi Pura Mangkunegaran.

Gedung perpustakaan Rekso Pustoko terletak di dalam kompleks Pura Mangkunegaran tepatnya di lantai dua, di atas Kantor Dinas Urusan Istana di sebelah kiri pamedan atau timur Pendapa. Kondisi bangunan bersejarah dengan berbagai koleksi arsip, foto-foto kuno ini seperti halnya kompleks bangunan lain di kompleks tersebut sebenarnya sangat memprihatinkan. Atapnya banyak yang bocor karena keterbatasan dana perawatan.

Sebagian besar koleksi literaturnya berbahasa Jawa dan Belanda. Sebut saja bebepara cerita menak, cerita wayang, pakem wayang, dan tari yang turut melengkapi koleksinya. Hal itu adalah suatu kewajaran, mengingat mayoritas koleksi perpustakaan itu dibuat pada masa penjajahan Belanda.

Sejak didirikan hingga sekarang, Rekso Pustoko memang mengalami berbagai perkembangan. Salah satunya adalah penambahan koleksi, seiring dengan pergantian tahta kepemimpinan di Mangkunegaran. Misalnya di masa KGPAA Mangkunegara VII, koleksi perpustakaan itu berlipat ganda, Bahkan beberapa di antaranya berbahasa Perancis, Inggris, Jerman, dan tentu saja Belanda.

Sebagian besar koleksi literaturnya memang berbahasa Jawa dan Belanda. Sebagian manuskrip tentang kondisi sosial, budaya, politik, dan perkembangan kerajaan juga masih menggunakan bahasa dan huruf Jawa. Rekso Pustoko mengalami perkembangan luar biasa saat Mangkunegara VII berkuasa. Raja ini menambah koleksi buku-buku dari luar negeri hingga dua kali lipat dan membuka perpustakaan yang sebelumnya merupakan perpustakaan kerajaan menjadi perpustakaan umum.

Karena saat ini bahasa yang berkembang luas adalah bahasa Indonesia, maka para pegawai berusaha mentranskrip koleksi ke dalam bahasa Indonesia. Apalagi literatur yang asli sudah sedemikian rentan. Kegiatan mentranskrip itu juga berfungsi sebagai upaya pendokumentasian catatan sejarah yang ada.

B. Akses dan Perizinan Untuk Kepentingan Penelitian

Rekso pustaka merupakan perpustakaan yang bersifat swasta karena dikelola oleh Puro Mangkunegaran. Sekarang ini Rekso Pustoko berada dalam pengawasan Mangkunegaran IX. Rekso Pustaka itu sendiri di kepalai oleh G.B.H Hermasto Kusumo, sekretarisnya bapak Supardi dengan dibantu 10 orang pegawai. Namun 10 orang pegawai tersebut bukan merupakan tenaga ahli bidang kearsipan. Walaupun bukan merupakan tenaga ahli namun pegawai disana mampu menguasai pekerjaannya. Tugas dari pegawai tersebut adalah melayani para tamu yang berkunjung, baik itu perseorangan ataupun dalam jumlah yang banyak. Selain melayani tamu mereka juga melakukan perawatan terhadap koleksi-koleksi perpustaaan seperti foto, film, buku dan arsip. Mereka juga mampu mentranskip arsip dari bahasa Jawa ke bahasa Latin atau bahasa Indonesia.

Rekso Pustaka selalu siap melayani tamu yang datang sesuai dengan jam kerja, dengan rincian jadwal sebagai berikut:

Senin-Kamis : 09.00-12.30 WIB

Jumat : 09.00- 11.00 WIB

Sabtu : 09.00- 11.30 WIB

Para pengunjung dapat dengan mudah masuk ke Rekso Pustaka. Pengunjung wajib mengisi daftar hadir pada masing-masing ruangan yang akan dituju dan mengisi uang administrasinya seikhlasnya. Pengunjung juga dapat memfotocopy sumber, namun tidak semua sumber dapat di fotocopy terutama sumber yang sudah tua, seperti Staatblad. Untuk biaya fotocopy itu sendiri terbilang sangat terjangkau. Misalnya untuk fotocopy buku perlembar hanya dikenakan biaya Rp 300/lembar, fotocopy arsip Rp 1.000/lembar, sedangkan untuk mengcopy film Rp 25.000/film. Untuk masuk ruang arsip sendiri dikenakan biaya Rp 5.000 untuk satu formulir yang berlaku 5 kali kunjungan.

C. Koleksi

Koleksi perpustakaan adalah semua jenis benda bukti material hasil manusia yang disimpan dalam perpustakaan Rekso Pustaka dan mempunyai nilai bagi pembinaan dan atau pengembangan sejarah.

Rekso pustaka sebagai museum yang termasuk tua memiliki banyak koleksi arsip. Jumlah arsip yang sudah terhitung sebanyak 11.000 arsip, 2.000 diantaranya berisi tentang sejarah Mangkunegaran.

Rekso Pustaka yang dapa dibilang sudah tua merupakan perpustakaan yang sudah mendunia. Hal itu dapat dibuktikan dengan adanya orang-orang asing yang sengaja datang ke Rekso Pustaka untuk mencari sumber dalam membuat tulisannya. Diantaranya berasal dari Jerman, Perancis, dan Jepang.

Dengan jumlah koleksi yang banyak dimilikinya, Rekso Pustaka juga selalu mengagendakan kegitan rutin tahunan berupa pameran koleksinya. Rekso Pustaka sampai saat ini memiliki banyak koleksi yang dijabarkan sebagai berikut:

a. Koleksi Buku

Ruangan untuk koleksi buku terletak di bagian utara. Di ruangan ini banyak terdiri buku-buku yang dapat dijadikan sumber sejarah. Disini juga tersimpan lontar dan tulisan yang diukirkan pada baja. Selain itu juga terdapat kamus bahasa asing yang berukuran sangat kecil.

Untuk perawatan buku-buku tersebut biasanya dilakukan fumigasi yang bekerja sama dengan Hotel Agas. Kerja sama itu dilakukan karena keterbatasan biaya yang dimiliki dalam pengelolaan perpustakaan.

Koleksi buku, kliping , dan surat kabar berjumlah kurang lebih 11.000 judul. Secara umum di bagi dalam beberapa kategori, seperti: literatur tentang Mangkunegaran; lontar (Semara Dahana); Prasasti (Sinaguha, Telang) yang ditulis di atas logam yang berisikan piwulang, sejarah, dan sastra; manuskrip jawa; Rijchblad; StaatBlad. Khusus Mangkunegaran IV sendiri, seperti: Wedotomo, Laksita raja, Tripama, Woroyagyo.

Sebagian besar koleksi literaturnya memang berbahasa Jawa dan Belanda. Sebut saja bebepara cerita menak, cerita wayang, pakem wayang, dan tari yang turut melengkapi koleksinya. Hal itu adalah suatu kewajaran, mengingat mayoritas koleksi perpustakaan itu dibuat pada masa penjajahan Belanda.

b. Koleksi Foto dan Film

Ruangan koleksi foto dan film terletak di bagian tengah perpustakaan. Jumlah koleksi foto dan film belum diketahui karena masih dalam proses inventarisasi. Kebanyakan koleksi di sana merupakan foto-foto mulai dari Mangkunegaran IV sampai Mangkunegaran VII.

c. Koleksi Arsip

Ruangan arip terletak di bagian selatan perpustakaan. Jumlah koleksi arsip kurang lebih 10.000 judul. Untuk sejarah Mangkunegaran sendiri mempunyai 2.000 arsip mulai dari Mangkunegaran IV sampai Mangkunegaran VIII. Arsip terdiri dari arsip tekstual (merupakan arsip yang berupa naskah tulisan), arsip Mikro Film (arsip yang berbentuk dokumentasi video/foto).

Pada masa Mangkunegaran VII melakukan study fonds yaitu memberi beasiswa kepada anak-anak dari para abdi dalem dan kerabat-kerabat keluarga Mangk membakunegaran. Study Fonds tersebut dilakukan dengan tujuan untuk memajukan pembangunan.

Diruang arsip tersebut terdapat alat Micro Reader yang merupakan alat untuk membaca arsip yang berbentuk micro film. Arsip-arsip tertata rapi sesuai dengan nomor urut masing-masing agar lebih mudah dalam pencariannya. Semua arsip sudah terdaftar dalam Rekso Pustoko. Katalog tersebut bertujuan untuk mempermudahkan dalam mencari arsip. Para pengunjung dapat dengan mudah mencari melalui katalog. Pengunjung hanya tinggal menulis arsip dan menyerahkannya kepada petugas sesuai dengan nomor dan judul katalog.

Selasa, 20 April 2010

museum dirgantara mandala

BAB I

PENDAHULUAN

Lokasi Museum Pusat TNI-AU Dirgantara Mandala brada di kawasan Pangkalan Udara TNI-AU Adisutjipto, kurang lebih 6 KM pusat kota Yogyakarta. Tepatnya di jalan Janti, sebelah selatan jembatan janti. Museum Pusat TNI-AU Dirgantara Mandala menyimpan benda-benda koleksi yang sebagian besar berupa pesawat terbang yang pernah digunakan oleh TNI-AU , koleksi pesawat terbang tersebut berasal dari berbagai negara , baik dari negara barat maupun negara timur. Disamping itu disimpan juga pesawat terbang buatan putra –putra bangsa sendiri. Dengan kata lain bahwa koleksi pesawat terbang di Museum Pusat TNI-AU Dirgantara Mandala ini berasal dari berbagai negara , bahkan ada pesawat yang tinggal satu-satunya yang ada di dunia ini. Hanya ada di museum ini dan negara yang memproduksinya tidak memiliki lagi.

BAB II

SEJARAH SINGKAT MUSEUM PUSAT TNI-AU DIRGANTARA MANDALA

Hal-hal yang mendorong didirikannya museum:

Ø Semua kegiatan dan peristiwa bersejarah dalam pertumbuhan dan perkembangan TNI-AU serta pengorbanan para pendahulu, pejuang dan pahlawan udara dalam membina dan merintis Angkatan Udara RI/TNI khususnya , serta mempertahankan dan menegakkan kemerdekaan Negara dan Bangsa Indonesia Perlu dilestarikan.

Ø Dalam rangka pewarisan nilai-nilai 45 yakni bahwa pengabdian dan pendokumentasian tersebut perlu di realsaikan dalam bentuk visualisasi bukti sejarah agar dapat di terima, dihayati dan diamalkan oleh generasi penerus bangsa ini.

Hasrat untuk mengabadikan dan mendokumentasikan kegiatan-kegiatan maupun peristiwa-peristiwa sejarah di lingkungan AURI adalah gagasan pemimpin AURI yang dituangkan dalam keputusan menteri Angkatan Udara Nomor 491 Tanggal 6 agustus 1960 tentang dokumentasi , sejarah dan museum Angkatan udara Republik Indonesia. Meskipun demikian realisasinya tidak secepat yang kita harapkan. Museum ini baru bisa diwujudkan tanggal 21 April 1967. Kegiatan museum waktu itu masih sangat terbatas karena kurangnya tenaga profesional maupun biaya. Sejak dikeluarkannya instruksi menteri Panglima Angkatan Udara No.2 Tahun 1967 Tanggal 10 Juli 1967 tentang peningkatan kegiatan bidang sejarah , budaya dan museum Angkatan Udara maka mulai ada titik terang dan dapat meletakkan rencana kerja bagi perkembangannya.Kemudian berkat perhatian yang besar dari pimpinan Angkatan Udara maka tanggal 4 April 1969 diresmikan berdirinya museum Pusat Angkatan Udara Repubil Indonesia oleh Mentri Panglima Angkatan Udara Laksamana Udara Roesmin Nurjadin. Musem pusat ini berlokasi di kawasan Markas Komando Wilayah Udara V Jl. Tanah Abang Bukit Jakarta Pusat.

Sementara itu di Yogyakarta sudah ada lembaga pendidikan AKABRI Bagian utara Yogyakarta, di MaguwoHarjo, sehingga mulai ada pemikiran musem nantinya akan mengarah ke Yogyakarta. Adapun dasar pertimbangan penentuan lokasi museum berada di Yogyakarta adalah sebagai berikut:

a) Pada peristiwa 1945-1949 Yogyakarta memegang peranan penting sebagai tempat lahir dan pusat perjuangan TNI Angkatan Udara.

b) Yogyakarta adalah tempat penggodokan Taruna –Taruna Angkatan Udara calon Perwira TNI-AU.

c) Perlu pemupukan semangat minat dirgantara, nilai-nilai 45 dan tradisi juang TNI-AU dengan mengacu pada semangat TNI-AU di Maguwo.

Atas dasar pertimbangan tersebut, maka Kepala Staf TNI-AU mengeluarkan keputusan No. 11 tahun 1978 tanggal 17 April 1978 yang menetapkan bahwa museum pusat AURI yang semula berkedudukan di Jakarta di pindahkan ke Yogyakarta. Sebagai tempat museum yaitu memanfaatkan gedung link trainer di kawasan kesatrian AKABRI bagian utara.

Selanjutnya bahwa koleksi museum Pusat TNI-AU Dirgantara Mandala terus berkembang dan bertambah terutama Angkatan Udara yang berupa pesawat terbang. Maka gedung di Kesatrian AKABRI tersebut tidak mampu lagi menampung, lalu muncul pertimbangan Pimpinan TNI-AU memutuskan untuk memindahkan lagi. Pimpinan TNI-AU kemudian menunjuk dan memutuskan bahwa gedung pabrik gula di Wonocatur Lanud Adisutjipto segera di rehabilitasi untuk dimanfaatkan sebagai museum pusat TNI-AU Dirgantara Mandala. Setelah direhabilitasi pada tanggal 29 JULI 1948 kepala Staf TNI-AU Marsekal Tni Sukardi meresmikan penggunaan gedung yang sudah di rehap tersebut sebagai gedung museum Pusat TNI-AU Dirgantara Mandala, dengan luas area seluruhnya kurang lebih 4,2 Ha dan luas bangunan museum 8.765 meter.

BAB III

KOLEKSI MUSEUM

Berbagai koleksi benda –benda bersejarah TNI-AU dipamerkan dalam ruangan-ruangan , masing –masing memiliki nama sendiri-sendiri.

a) Ruang utama:

v Patung 4 pahlawan Nasional perintis TNI-AU, yaitu TNI Anumerta Agustinus Adisutjipto, TNI Anumerta Abdulrachman Saleh, TNI Anumerta Abdul Halim Perdanakusuma, dan TNI Anumerta Iswahyudi.

v Foto-foto mantan pimpinan TNI-AU, antara lain Laksamana Udara Suryadi Suryodono, Omar Dani, Sri Mulyono Herlambang, Roesmin Nurjadin, Suwoto Sukendar, Ashadi Tjahjadi, Sukardi,dll.

v Lambang-lambang, antara lain Swa Bhuwana Paksa adalah lambang TNI-AU yang artinya sayap tanah air, Pataka Komando Operasi, Pataka Komando Pertahanan, Pataka Akademi TNI-AU, Pataka Komando Tempur, dll.

b) Ruang Kronologi, foto-foto yang menggambarkan sejarah perjuangan TNI-AU mulai dari proklamasi kemerdekaan 1945.

v Foto berdirinya TKR Jawatan Penerbangan tanggal 5 Oktober 1945.

v Foto pembentukan TNI-AU, partisipasi TKR dalam operaso POPDA.

v Foto stasiun PHP AURI di Gunungkidul

v Foto pasukan Garuda Mulya.

c) Ruang Kasau, memuat barang-barang dan benda yang pernah dipakai oleh para mantan Kasau dan para perintis berdirinya TNI-AU.

d) Ruang Kotama, memuat koleksi dan benda-benda yang berkaitan dengan kotama di jajaran TNI-AU, diantaranya: KOPASKHASAU (Komando Pasukan Khas TNI AU), KODIKAU (Komando Pendidikan TNI AU, AAU (Akademi Angkatan Udara), SESKOAU (Sekolah Staf Komando TNI AU), KOHARMATAU (Komando Pemeliharaan dan Pembekalan Materiil TNI AU), KOOPSAU (Komando Operasi TNI AU), KOHANUDNAS (Komando Pertahanan Udara nasional) dan perkembangan sekolah Penerbangan TNI-AU.

e) Ruang ALUTSISTA (Alat Utama Sistem Persenjataan Udara), memuat koleksi alat utama system senjata udara yang pernah digunakan oleh TNI-AU.

v Pesawat Mitsubisi A6M5 Zero Zen dari Jepang.

v Pesawat P-51 Mustang dari AS.

v Pesawat Gilder Kampret dari Indonesia.

v Pesawat Cureng dari jepang.

v Pesawat BT-13 Valiant dari AS.

v Pesawat RI-X dari Indonesia.

v Pesawat AT-16 Harvard dari AS.

v Pesawat C-47 Dakota dari AS.

v Pesawat UTI MIG 15 dari Uni Soviet

v Peluru Kendali Rudal Udara ke darat dari Uni Soviet

v Pesawat F-28 Avon Sabre dari Australia

v Pesawat LT-200 dari Indonesia

v Pesawat C-140 Jet Star dari AS.

v Meriam PSU dari Swedia.

f) Ruang Diorama, memuat 21 buah diorama.

v Diorama Pembentukan TKR bagian penerbangan, 12 November 1945

v Diorama Perebutan pangkalan udara maguwo, 9 Oktober 1945

v Diorama penerbangan pertama pesawat beridentitas Merah Putih, 27 Oktober 1945

v Diorama Pembukaan pangkalan udara di Bukit Tinggi, 24 Maret 1947.

v Diorama Operasi pengeboman tiga kota kedudukan Belanda di Jawa Tengah (Semarang, Ambarawa, Salatiga), 29 Juli 1947

v Diorama ditembak jatuhnya pesawat Dakota VT-CLA, 29 Juli 1947

v Diorama operasi penerjunan pasukan payung RI pertama di Kalimantan, 17 Oktober 1947

v Diorama sekolah penerbangan AURI angkatan I, 15 November 1945

v Diorama sekolah penerbangan AURI angkatan II di India, Oktober 1947

v Diorama sekolah penerbangan AURI angkatan III di AS, 1950

v Diorama Sekolah penerbangan lanjutan, 1950

v Diorama Sekolah perwira teknik udara

v Diorama perlawanan AURI pada masa agresi militer Belanda, 19 Desember 1948

v Diorama penerobosan blokade udara Belanda di Aceh, dalam rangka pengiriman senjata dari Birma.

v Diorama Misi Perundingan RAPWI, 20 November 1945

v Diorama perintisan industri pesawat terbang, 1946

v Diorama Oprasi pasukan Garuda Mulya, 1948

v Diorama stasiun radio angkatan udara PC-2 di Wonosari Gunungkidul, 1949

v Diorama serah terima markas besar Militaire Luchvart kepada TRI Angkatan Udara.

v Diorama penerbangan pesawat Jet pertama, 21 Januari 1956

v Diorama operasi Jaya Wijaya dalam Trikora, 19 Desember 1961.

g) Ruang Diorama SKSD Palapa.

v Diorama Alam Antariksa

v Diorama saat peresmian SKSD palapa, di jakarta oleh Presiden Soeharto, 16 Agustus 1976

v Diorama ruang kendali satelit di Cilengsi Jawa Barat.

v Diorama model satelit palapa type A dan B beserta pesawat pengangkutnya (Ulang Alik)

v Diorama tempat peluncuran pesawat pembawa satelit.

h) Ruang Minat Dirgantara, memuat buku-buku terbitan TNI-AU.

i) Beberapa Koleksi Museum yang dipajang diluar gedung museum

v Pesawat PBY-54 dari AS

v Pesawat Tupolev dari Uni Soviet

v Pesawat UF 1 Albatros IR-0117 dari AS

v Peluru Kendali KS dari Uni Soviet