Selasa, 02 Oktober 2012

DISJARAHAD


DISJARAHAD
Sejarah Militer Angkatan Darat secara organisasi dimulai sejak diserahkannya Centeraal Militair Bibliotheek (CMB) dari Krijgsgeshiedkundige Dients van de General Staff KNIL kepada APRI. Dengan penyerahan tersebut, maka dibentuklah Pusat Perpustakaan Angkatan Darat (PPAD) melalui surat Keputusan KSAD Nomor 180/KSAD/Pusat/50 tanggal 13 September 1950. sejalan dengan perkembangan kebutuhan organisasi Angkatan Darat maka dibentuklah Dinas Sejarah Perang berdasarkan Surat Perintah KSAD Nomor 203/KSAD/1953 tanggal 15 April 1953 Pusat Perpustakaan Angkatan Darat dilebur dalam Dinas Sejarah perang Angkatan Darat (DSPAD).
Perkembangan Organisasi Disjarahad
1.      Tahun 1954. Perubahan nama dari DSPAD menjadi Sejarah Militer Angkatan Darat (SMAD) diresmikan melalui Surat Keputusan KSAD Nomor 131/KSAD/Kpts/54 tanggal 5 Mei 1954.
2.      Tahun 1958. Perubahan nama dari Sejarah Militer Angkatan Darat Menjadi Pusat Sejarah Militer Angkatan Darat (Pussemad) diresmikan melalui penetapan KSAD Nomor 10 50 tanggal 5 Juli 1958
3.      Tahun 1970. Perubahan nama dari Pussemad menjadi Dinas Sejarah Angkatan Darat melalui Keputusan Kasad Nomor Kep /600/10/1970 tanggal 24 Oktober 1970.
4.      Tahun 1985. Dinas Sejarah Angkatan Darat (Disjarahad) dilikuidasi ke dalam Dinas Pembinaan Mental TNI AD berdasarkan Surat Keputusan Kasad Nomor Skep/975/IX/1985 tanggal 18-9-1985. Disjarahad dalam organisasi Disbintalad menjadi Subdis Bina Trajuang Lisjarah dan Subdis Bina Dokjarah Mustak.
5.      Tahun 2003. Fungsi Sejarah yang ada di Disbintalad sesuai keputusan Kasad Nomor Kep /6/2003 tanggal 27 Pebruari 2003 tentang Orgas Disbintalad.
6.      Diemban oleh tiga Subdis yaitu Sub Dinas Pembinaan Penulisan Sejarah (Subdisbinlisjarah), Sub Dinas Pembinaan Dokumentasi dan Museum (Subdisbindokmus) dan Sub Dinas Pembinaan Tradisi dan kejuangan (Subdisbintrajuang).
7.      Tahun 2005 sampai dengan sekarang. Fungsi Sejarah yang ada di Disbintalad sesuai Keputusan Kasad Nomor Kep/13/2005 tanggal 18 Pebruari 2005 tentang Orgas Disbintalad, diemban oleh dua Subdis yaitu Sub dinas Pembinaan Dokumentasi, Penulisan Sejarah dan Perpustakaan (Subdisbin Doklistaka) dan Sub Dinas Pembinaan Museum, Monumen dan Tradisi (Subdisbin Musmontra).
8.      Tahun 2008. Selama kurang lebih 23 tahun fungsi kesejarahan, museum dan perpustakaan dilingkungan Disbintalad. Seiring dengan perkembangan tantangan dan tuntutan Angkatan Darat dan perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang keSejarahan serta pentingnya pewarisan nilai-nilai kepahlawanan maka pimpinan pucuk Angkatan Darat menilai perlu dibentuk kembali Dinas Sejarah. Kehadiran Dinas Sejarah dianggap perlu guna mendukung pelaksanaan tugas pokok Angkatan Darat. Atas dasar itulah kemudian pucuk pimpinan TNI menyetujui pembentukan Organisasi Disjarahad dengan mengeluarkan Peraturan Panglima TNI Nomor Perpang/17/IV/2008 tanggal 7 April 2008. Untuk menindak lanjuti kebijakan Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso, maka Kasad Jenderal TNI Agustadi Sasongko Purnomo mengeluarkan Peraturan Kasad Nomor Perkasad /31N/2008 tanggal 28 Mei 2008 tentang Pembentukan Organisasi Disjarahad dengan mengeluarkan Peraturan Panglima TNI Nomor Perpang/17/IV/2008 tanggal 7 April 2008. Untuk menindak lanjuti kebijakan Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso, maka Kasad Jenderal TNI Agustadi Sasongko Purnomo mengeluarkan Peraturan Kasad Nomor Perkasad 31/V/2008 tanggal 28 Mei 2008 tentang Pembentukan Dinas Sejarah Angkatan Darat.

Visi
Menjadi lembaga yang mampu menyusun, memelihara dan menyosialisasikan kesejarahan TNI AD serta semangat juang dan tradisi di lingkungan TNI AD

Misi

·         Melaksanakan pembinaan, pengumpulan, pemeliharaan dan pengolahan data dan dokumen sejarah
·         Meningkatkan kemampuan dan semangat personel sejarahwan untuk menguasai wahana kesejarahan
·         Memberikan pembekalan metodologi penulisan sejarah sehingga memiliki keunggulan dalam tulisan.
·         Membangkitkan semangat kinerja secara profesional dalam membentuk militansi prajurit TNI AD.
·         Meningkatkan kualitas Museum dan monumen TNI AD untuk melestarikan benda-benda bersejarah, bermanfaat bagi pengkajian dan penelitian kesejarahan dan sekaligus sebagai tempat wisata sejarah.
·         Meningkatkan pengelolaan perpustakaan Pusat Angkatan Darat dengan kelengkapannya sehingga berguna bagi pengembangan ilmu dan wawasan pengetahuan.
·         Memberi asistensi teknis bidang kesejarahan kepada satuan-satuan jajaranTNI AD .
·         Menyosialisasikan dokumen sejarah, museum dan monumen, perpustakaan, tulisan sejarah, dan pelestarian nilai-nilai tradisi kejuangan kepada prajurit TNI AD
·         Membina, memelihara tradisi dan melestarikan nilai-nilai kejuangan yang berlandaskan Pancasila, UUD'45, Sapta Marga, dan Sumpah Prajurit.
·         Menjadikan lingkungan yang bersih, rapi, indah, sehat dan tertib (BRIST) guna tercipta suasana yang kondusif.

Selasa, 14 Februari 2012

Reksopustaka

PERPUSTAKAAN REKSO PUSTAKA

A. Sejarah Rekso Pustaka

Perpustakaan Rekso Pustaka didirikan oleh Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara IV, tepatnya pada 11 Agustus 1857. Sekarang usianya telah mencapai 154 tahun. Jika mengacu pada nama Rekso Pustoko yang berasal dari kata reksa (merawat ) dan pustaka (buku), bisa dimengerti kalau semula tempat itu memang didirikan untuk mengurusi buku-buku koleksi Pura Mangkunegaran.

Gedung perpustakaan Rekso Pustoko terletak di dalam kompleks Pura Mangkunegaran tepatnya di lantai dua, di atas Kantor Dinas Urusan Istana di sebelah kiri pamedan atau timur Pendapa. Kondisi bangunan bersejarah dengan berbagai koleksi arsip, foto-foto kuno ini seperti halnya kompleks bangunan lain di kompleks tersebut sebenarnya sangat memprihatinkan. Atapnya banyak yang bocor karena keterbatasan dana perawatan.

Sebagian besar koleksi literaturnya berbahasa Jawa dan Belanda. Sebut saja bebepara cerita menak, cerita wayang, pakem wayang, dan tari yang turut melengkapi koleksinya. Hal itu adalah suatu kewajaran, mengingat mayoritas koleksi perpustakaan itu dibuat pada masa penjajahan Belanda.

Sejak didirikan hingga sekarang, Rekso Pustoko memang mengalami berbagai perkembangan. Salah satunya adalah penambahan koleksi, seiring dengan pergantian tahta kepemimpinan di Mangkunegaran. Misalnya di masa KGPAA Mangkunegara VII, koleksi perpustakaan itu berlipat ganda, Bahkan beberapa di antaranya berbahasa Perancis, Inggris, Jerman, dan tentu saja Belanda.

Sebagian besar koleksi literaturnya memang berbahasa Jawa dan Belanda. Sebagian manuskrip tentang kondisi sosial, budaya, politik, dan perkembangan kerajaan juga masih menggunakan bahasa dan huruf Jawa. Rekso Pustoko mengalami perkembangan luar biasa saat Mangkunegara VII berkuasa. Raja ini menambah koleksi buku-buku dari luar negeri hingga dua kali lipat dan membuka perpustakaan yang sebelumnya merupakan perpustakaan kerajaan menjadi perpustakaan umum.

Karena saat ini bahasa yang berkembang luas adalah bahasa Indonesia, maka para pegawai berusaha mentranskrip koleksi ke dalam bahasa Indonesia. Apalagi literatur yang asli sudah sedemikian rentan. Kegiatan mentranskrip itu juga berfungsi sebagai upaya pendokumentasian catatan sejarah yang ada.

B. Akses dan Perizinan Untuk Kepentingan Penelitian

Rekso pustaka merupakan perpustakaan yang bersifat swasta karena dikelola oleh Puro Mangkunegaran. Sekarang ini Rekso Pustoko berada dalam pengawasan Mangkunegaran IX. Rekso Pustaka itu sendiri di kepalai oleh G.B.H Hermasto Kusumo, sekretarisnya bapak Supardi dengan dibantu 10 orang pegawai. Namun 10 orang pegawai tersebut bukan merupakan tenaga ahli bidang kearsipan. Walaupun bukan merupakan tenaga ahli namun pegawai disana mampu menguasai pekerjaannya. Tugas dari pegawai tersebut adalah melayani para tamu yang berkunjung, baik itu perseorangan ataupun dalam jumlah yang banyak. Selain melayani tamu mereka juga melakukan perawatan terhadap koleksi-koleksi perpustaaan seperti foto, film, buku dan arsip. Mereka juga mampu mentranskip arsip dari bahasa Jawa ke bahasa Latin atau bahasa Indonesia.

Rekso Pustaka selalu siap melayani tamu yang datang sesuai dengan jam kerja, dengan rincian jadwal sebagai berikut:

Senin-Kamis : 09.00-12.30 WIB

Jumat : 09.00- 11.00 WIB

Sabtu : 09.00- 11.30 WIB

Para pengunjung dapat dengan mudah masuk ke Rekso Pustaka. Pengunjung wajib mengisi daftar hadir pada masing-masing ruangan yang akan dituju dan mengisi uang administrasinya seikhlasnya. Pengunjung juga dapat memfotocopy sumber, namun tidak semua sumber dapat di fotocopy terutama sumber yang sudah tua, seperti Staatblad. Untuk biaya fotocopy itu sendiri terbilang sangat terjangkau. Misalnya untuk fotocopy buku perlembar hanya dikenakan biaya Rp 300/lembar, fotocopy arsip Rp 1.000/lembar, sedangkan untuk mengcopy film Rp 25.000/film. Untuk masuk ruang arsip sendiri dikenakan biaya Rp 5.000 untuk satu formulir yang berlaku 5 kali kunjungan.

C. Koleksi

Koleksi perpustakaan adalah semua jenis benda bukti material hasil manusia yang disimpan dalam perpustakaan Rekso Pustaka dan mempunyai nilai bagi pembinaan dan atau pengembangan sejarah.

Rekso pustaka sebagai museum yang termasuk tua memiliki banyak koleksi arsip. Jumlah arsip yang sudah terhitung sebanyak 11.000 arsip, 2.000 diantaranya berisi tentang sejarah Mangkunegaran.

Rekso Pustaka yang dapa dibilang sudah tua merupakan perpustakaan yang sudah mendunia. Hal itu dapat dibuktikan dengan adanya orang-orang asing yang sengaja datang ke Rekso Pustaka untuk mencari sumber dalam membuat tulisannya. Diantaranya berasal dari Jerman, Perancis, dan Jepang.

Dengan jumlah koleksi yang banyak dimilikinya, Rekso Pustaka juga selalu mengagendakan kegitan rutin tahunan berupa pameran koleksinya. Rekso Pustaka sampai saat ini memiliki banyak koleksi yang dijabarkan sebagai berikut:

a. Koleksi Buku

Ruangan untuk koleksi buku terletak di bagian utara. Di ruangan ini banyak terdiri buku-buku yang dapat dijadikan sumber sejarah. Disini juga tersimpan lontar dan tulisan yang diukirkan pada baja. Selain itu juga terdapat kamus bahasa asing yang berukuran sangat kecil.

Untuk perawatan buku-buku tersebut biasanya dilakukan fumigasi yang bekerja sama dengan Hotel Agas. Kerja sama itu dilakukan karena keterbatasan biaya yang dimiliki dalam pengelolaan perpustakaan.

Koleksi buku, kliping , dan surat kabar berjumlah kurang lebih 11.000 judul. Secara umum di bagi dalam beberapa kategori, seperti: literatur tentang Mangkunegaran; lontar (Semara Dahana); Prasasti (Sinaguha, Telang) yang ditulis di atas logam yang berisikan piwulang, sejarah, dan sastra; manuskrip jawa; Rijchblad; StaatBlad. Khusus Mangkunegaran IV sendiri, seperti: Wedotomo, Laksita raja, Tripama, Woroyagyo.

Sebagian besar koleksi literaturnya memang berbahasa Jawa dan Belanda. Sebut saja bebepara cerita menak, cerita wayang, pakem wayang, dan tari yang turut melengkapi koleksinya. Hal itu adalah suatu kewajaran, mengingat mayoritas koleksi perpustakaan itu dibuat pada masa penjajahan Belanda.

b. Koleksi Foto dan Film

Ruangan koleksi foto dan film terletak di bagian tengah perpustakaan. Jumlah koleksi foto dan film belum diketahui karena masih dalam proses inventarisasi. Kebanyakan koleksi di sana merupakan foto-foto mulai dari Mangkunegaran IV sampai Mangkunegaran VII.

c. Koleksi Arsip

Ruangan arip terletak di bagian selatan perpustakaan. Jumlah koleksi arsip kurang lebih 10.000 judul. Untuk sejarah Mangkunegaran sendiri mempunyai 2.000 arsip mulai dari Mangkunegaran IV sampai Mangkunegaran VIII. Arsip terdiri dari arsip tekstual (merupakan arsip yang berupa naskah tulisan), arsip Mikro Film (arsip yang berbentuk dokumentasi video/foto).

Pada masa Mangkunegaran VII melakukan study fonds yaitu memberi beasiswa kepada anak-anak dari para abdi dalem dan kerabat-kerabat keluarga Mangk membakunegaran. Study Fonds tersebut dilakukan dengan tujuan untuk memajukan pembangunan.

Diruang arsip tersebut terdapat alat Micro Reader yang merupakan alat untuk membaca arsip yang berbentuk micro film. Arsip-arsip tertata rapi sesuai dengan nomor urut masing-masing agar lebih mudah dalam pencariannya. Semua arsip sudah terdaftar dalam Rekso Pustoko. Katalog tersebut bertujuan untuk mempermudahkan dalam mencari arsip. Para pengunjung dapat dengan mudah mencari melalui katalog. Pengunjung hanya tinggal menulis arsip dan menyerahkannya kepada petugas sesuai dengan nomor dan judul katalog.